Sabtu, 21 Januari 2017

Filum Bryophyta ( Tumbuhan Lumut ) dan Pteridophyta ( Tumbuhan Paku )

 BRYOPHYTA ( LUMUT )

A.     Lumut (Bryophyta) 

Lumut (Bryophyta) berasal dari bahasa yunani Bryos yang berarti lumut dan phyta yang berarti tumbuhan. Tumbuhan lumut adalah anggota kingdom tumbuhan (Plantae) yang paling sederhana yang merupakan bentuk peralihan antara Thallophyta atau tumbuhan bertalus dan Cormophyta atau tumbuhan berkormus. Arti tumbuhan bertalus adalah belum memiliki akar, batang, daun sejati) sedangkan arti tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, daun sejati. Lumut juga dikenal dengan moss.
        I.            Ciri-ciri umum lumut
·         Dapat berfotosintesis
·         Merupakan organisme multiseluler dan eukariotik
·         Ukurannya (± 1 – 2 cm) sampai sekitar 20 cm
·         Mimiliki rizoid(akar semu)
·         Tidak memiliki xilem dan floem  tetapi memiliki hidroid dan leptoid
·         Memasukan mineral dengan cara imbisi dan mendistribusikannya dengan cara difusi
·         Reproduksinya secara seksual dan aseksual
·         Bagian ujung batang memiliki titik tumbuh sehingga dapat tumbuh memanjang.
·         Mengalami metagenesis (pergilieran keturunan dari gametofit-sporofit)
·         Habitatnya di tempat-tempat lembab
·         Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
·         Daun lumut sangat tipis yang hanya terdiri atas selapis sel dan daunnya yang terdiri atas beberapa lapis sel. Pertumbuhan lumut hanya membesar tidak memanjang.
·         Rhizoid tampak seperti benang-benang.
     II.            Lumut termasuk dari divisi Bryophyta yang terbagi yang dibagi menjadi tiga kelas yaitu lumut daun (musci), lumut hati (Hepaticophyta) dan lumut tanduk (Anthocerotophyta).
1.      Lumut daun (musci)
Musci sering juga disebut lumut sejati, Bentuk menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, ada bagian seperti akar berupa rizoid, batang yang berdiri tegak, bercabang dan daun kecil. Habitat di atas tanah, tembok, dan tempat terbuka. reproduksi dengan spora dan membentuk gamet. Contoh dari Musci antara lain Polytrichum juniperinum, Furaria, Poganatum cirratum, Aerobrycis longgissima, Sphagnum sp. (lumut gambut), Polytrichum commune, dan Andraea petrophila.
Ciri-ciri:
Ø  Gametofit tumbuh tegak atau merayap berkembang dari protonema
Ø  Mempunyai daun, batang dan rhizoid multiseluler
Ø  Daun hanya terdiri dari satu lapis sel dengan rusuk tengah, tersusun spiral atau melingkari batang.
Ø  Arkegonium membentuk kalipra yang menempel diatas kapsul
Ø  Kapsul bagian bawah fotosintetik dan mempunyai stomata
Ø  Kapsul mempunyai kolumela, pecah dengan gigi-gigi peristom, tidak dijumpai adanya elater.
Ø  Tangkai (seta) bertambah panjang secara perlahan selama perkembangan kapsul. Kuat dan biasanya berwarna.
Ø  Contoh : Polytrichum, Rhizogonium,Rhodobryum, Leucobryum, Hypopterygium, Hypnodendron, Pogonatum, Macromitrium, Spagnum



2.      Lumut hati (Hepaticophyta)
Hepaticopsida (lumut hati) disebut lumut hati karena tubuhnya berupa lembaran seperti lobus hati manusia, lumut ini dibagi menjadi dua yaitu lumut hati berdaun dan lumut hati bertalus.
Ciri-ciri:
Ø  Generasi gametofit berupa talus dan berbentuk lembaran-lembaran seperti hati.
Ø  Talus berwarna hijau dengan percabangan menggarpu. Pada sisi bawah terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik ventral. Talus melekat  pada substrat dengan bantuan rizoid.
Ø  Sporofit selalu tumbuh dan berkembang di dalam gametofit betina. Contoh Hepaticopsida yaitu Marchantia polymorpha dan Lunularia sp.
Ø  Gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium  yang berbentuk seperti payung
Ø  Sporofit pertumbuhannya terbatas  karena tidak mempunyai  jaringan maristemati
Ø  Berkembangbiak  secara generative  dengan oogami dan secara vegetasif dengan  fragmentasi ,tunas dan kuncup eram

3.      Lumut tanduk (Anthocerotopsida)
Anthocerotopsida (lumut tanduk) disebut lumut tanduk karena memiliki generasi sporofit yang menyerupai tanduk dengan panjang 0,5-12cm.
Ciri-ciri:
Ø  Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rizoid
Ø  Generasi gametofit berupa talus dengan tepi rata atau bertoreh.
Ø  Sporofit tertancap di dalam gametofit, tetapi kapsul sporofit berada di luar talus berbentuk seperti tanduk (horn).
Ø  Pangkal kapsul sporofit dilindungi oleh involukrum. Contoh Anthocerotopsida yaitu Notothylas sp. dan Anthoceros sp.
Ø  Habitatnya  di dearah  yang mempunyai  kelembapan tinggi
PTERIDOPHYTA ( PAKU )

  A. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuha paku termasuk ke dalam Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) tanpa biji (Aspermatophyta). Tumbuhan paku juga termasuk tumbuhan tertua di dunia. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan dengan tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati. Selain itu, meskipun habitat utama tumbuhan paku pada tempat yang lembab (higrofit), namun tumbuhan paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air (hidrofit), permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada pohon.

I. Ciri-ciri
Organisme multiseluler dan eukariotik
Sudah memiliki akar, daun dan batang sejati, sehingga disebut kormophyta berspora.
Umumnya habitat tumbuhan paku pada tempat yang lembab, bisa di darat, perairan, ataupun menempel.
Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara seksual maupun secara aseksual.
Tumbuhan paku bersifat fotoautotrof, karena memiliki klorofil sehingga dapat berlangsungnya proses fotosintesis.
Dalam siklus hidup tumbuhan paku, pada fase metagenesis terdapat fase sporofit yaitu tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis memiliki sifat yang lebih dominan dibandingkan fase gametofitnya.

II. Ada 3 (tiga) macam tumbuhan paku berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, yaitu :
a.     Paku Homospora ( isospora )
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina
Contoh : Lycopodium sp. (paku kawat)

b.     Paku Heterospora ( an-isospora )
Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora
Contoh :  Selaginella sp.(paku rane), Marsilea crenata (semanggi)

c.      Paku Peralihan
Paku peralihan menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, namun berjenis kelamin jantan atau betina
Contoh : paku ekor kuda ( Equisetum debile )

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas apabila ditinjau dari morfologi tubuh, diantaranya yaitu:

1. Psilophyta (paku purba/paku telanjang)
Disebut paku purba karena sebagian besar sudah punah. Disebut paku telanjang Karena struktur tubuhnya paling sederhana karena tidak berdaun, walaupun ada beberapa yang berdaun namun ukurannya kecil. Tumbuhan paku kelas ini belum memiliki daun dan akar, namun batangnya sudah memiliki berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan sporangium diujungnya. Sporofil mengandung satu jenis spora, dikenal dengan istilah homospora. Contohnya, Rhynia Major dan Psylotum sp
Ciri-ciri:
Sporangium terletak di ketiak daun
Batang telah mempunyai berkas pengangkut,
Pada umumnya memiliki daun yang kecil (mikrofil) dan batang berkrolorofil
Merupakan tumbuhan yang sederhana
Tinggi paku purba sekitar 30 cm -1 m.
Pada sporofit umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati
Akar berupa rizom vertical dan horizontal yang dikelilingi oleh rizoid.
Batang paku purba bercabang dua dan memiliki sistem vaskuler
Sporangium menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang sama.
Hidup didaerah tropis dan subtropis


2. Paku ekor kuda (Sphenophyta)
Tumbuhan paku kelas ini memeiliki batang yang mirip dengan ekor kuda, memiliki daun mirip kawat, dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran. Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor kuda.
Contohnya, Equisetum debile.
Ciri-ciri:
Kebanyakan tumbuh pada tepian sungai  dan daerah subtropis dibelahan bumi utara.
Memiliki tinggi sekitar 1 m hingga tertinggi mencapai 4,5 m
Memiliki percabangan batang yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor kuda
Sporofit berdaun kecil (mikrofil) dengan berbentuk sisik yang mengandung silika
Memiliki warna agak transparan dan terususun melingkar pada batang.
Struktur batang yang berongga dan beruas-ruas
Memiliki akar, batang dan daun sejati.
Sporangium terdapat pada strobilus yang menghasilkan satu jenis spora.



3. Lycophyta (Paku kawat / paku rambat)
Disebut paku kawat karena memiliki batang yang panjang seperti kawat. Tumbuhan paku berdaun kecil, tersusun spiral, batang seperti kawat, sporangium terkumpul dalam strobilus dan muncul pada ujung ketiak.Contohnya, Lycopodium sp (paku rane), Lycopodium clavatum (paku kawat), Selaginella sp.
Ciri-ciri:
Batang berbentuk seperti kawat dan struktur berbentuk gada
Ujung batang tersusun sporofil
Batang mengandung sporangium.
Memiliki akar, batang dan daun sejati
Tumbuh didaerah tropis, ditanah, dan epifit di kulit pohon yang tidak bersifat parasit
Daun yang berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun pada batang
Sporofit mengandung klorofil
Menghasilkan satu jenis spora (homospora) dan dua jenis spora (heterospora).
Gametofit berukuran kecil dan tidak berkrolofil.
Gametofit menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), dan satu jenis alat kelamin (uniseksual).


4. Filicinae/Pterophyta (paku sejati)
Tumbuhan paku kelas ini sudah lebih tinggi tingkatannya dibanding kelas sebelumnya. Kelas Pterophyta sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan ini berukuran besar sehingga disebut megafil. Batangnya dapat tumbuh di atas maupun di bawah tanah. Karakteristik klas kelas ini ialah daun mudanya menggulung (circinnatus) dan terdapat sorus di bagian permukaan bawah daun.Contohnya, Asplenium nidus (paku sarang burung), Salvinia natans (paku sampan), Adiantum farleyense (ekor merak), dan lainnya.
Ciri-ciri:
Memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis
Dapat ditemukan di habitat yang lembab dan Hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon.
Memiliki ukuran batang yang bervariasi
Batang berada dibawah permukaan tanah (rizom).
Daun paku sejati memiliki ukuran yang besar dibanding dengan kelompok paku yang lainnya.
Pada umumnya, daun paku sejati memiliki ukuran yang besar (makrofil) yang terbagi menjadi lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang.
Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate)
Sporangium terkumpul dalam sorul yang berada dibawah permukaan daun.
Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual.
Gametofit memiliki klorofil dengan ukuran yang bervariasi.



III. Peranan
1. Tanaman Hias
Banyak tanaman paku yang digunakan sebagai tanaman hias dalam kehidupan. Misal, Adiantum Cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku sarang burung), dan Platycerium biforme (paku simbar menjangan).

2. Sayuran
Tumbuhan paku yang dimanfaatkan sebagai sayuran misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).

3. Pupuk Hijau
Tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau ialah Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena azolle yang mampu mengikat gas N2 bebas.

4. Obat-Obatan
Tumbuhan paku ada yang digunakan sebagai obat diuretik yaitu Equisetum (paku kuda) dan digunakan sebagai obat luka yaitu Selaginella.

5. Bahan Bangunan
Tumbuhan paku yang banyak digunakan untuk pembuatan tiang bangunan ialah Alsophila glauca.

6. Alat Penggosok/Pembersih
Equisetum sp banyak dimanfaatkan sebagai alat penggosok/ampelas.

7. Bahan Pembuatan Petasan
Bahan pembuatan petasan yang sering digunakan ialah spora Lycopodium sp dan Pyrotechnics.

8. Bingkai

Tumbuhan paku juga banyak digunakan sebagai bingkai dalam karangan bunga.


Sumber : Biologi

Selasa, 08 November 2016

Haloo.....guys hari ini saya akan membawa kalian tentang cara membuat Karya Ilmiah baik dan benar.... sebelumnya apa sih karya ilmiah itu????

Karya Ilmiah adalah laporan tertulis dan di terbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau kelompok

Ciri-ciri karya ilmiah:

  • memiliki struktur penyajian yang ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian akhir (penutup)
  • Memliki kompenen yang bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiahnya.
  • bersifat obyektif
  • bahasa yang digunakan adalah bahasa baku
Tujuan pembuatan Karya Ilmiah:
  • memberikan penjelasan
  • memberikan pendapat atau penilaian
  • menyampaikan sanggahan
  • membuktikan hipotesa
  • memberikan saran
Nah... Sekarang teman-teman sudah pada tau kan apa itu karya ilmiah, ciri-cirinya, dan tujuan pembuatan... berikut adalah contoh karya ilmiah yang baik dan benar.



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan dalam karya ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.     Ibu Ipah Latifah,Spd selaku Guru Mata Pelajaran
2.     Orang tua penulis yang telah membantu baik moril maupun materi
3.     Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan permohonan maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga dengan selesainya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Amin.
Cirebon, 13 Maret 2016
                                                                                                                       Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman                              
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................          1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................
1.4 Metode..............................................................................
1.5 Manfaat.............................................................................           2
1.6 Sistem Matika....................................................................
BAB 2 Kerusakan Terumbu Karang Terhadap Biota
2.1 Pengertian Terumbu karang ..............................................           3-4
2.2Jenis-jenis Terumbu Karang....................................................................................... 5-7     
2.2.1 Mycedium elephantotus...................................................
2.2.2    Oxypora lacera..............................................................
2.2.3    Pectinia paonia......................................................
2.2.4    Pectinia lactuca......................................................
2.2.5    Galaxea fascicularis................................................
2.2.6   Labophyllia hemprichii............................................
2.2.7   Labophyllia corymbosa...........................................
2.3  Pengaruh Terumbu Karang Terhadap Biota............................... 7-8
2.3.1  Sebagai Tempat Tinggal Biota...................................
2.3.2  Sebagai Tempat Pemijahan.......................................          
2.3.3  Sebagai Tempat Penuluran.......................................
2.3.4  Sebagai Tempat Persembunyian...............................
2.4  Dampak Kerusakan Terumbu Karang.................................           8
2.4.1  Menangkap Ikan Dengan Menggunakan Bahan Peledak    
2.4.2  Menangkap Ikan Dengan Menggunakan Bahan Kimia.......
2.4.3  Banyaknya Siput Drupella Yang Memakan Terumbu Karang           
2.5  Upaya Menanggulangi Kerusakan Terumbu Karang...........            9-12
2.5.1  Menanam Kembali Terumbu Karang Yang Rusak.......
2.5.2  Memelihara Terumbu Karang Secara Optimal Dan
Berkelanjutan............................................................
2.5.3  Memberikan Sanksi Berat Terhadap Nelayan Yang Menangkap
Ikan Dengan Bahan Peledak Dan Bahan Kimia............
2.5.4  Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Di Sekitar Laut
2.5.5  Memburu Dengan Tujuan Untuk Mengurangi
Siput Drupella...........................................................          
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 13
3.2  Saran................................................................................ ....... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
           Eksistensi Indonesia sebagai salah satu pusat Terumbu Karang di yakini terus mengalami degradasi.Tentu masalah itu,akan semakin meluas jika tidak segera diambil langkah untuk melestarikan sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia juga di kenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia,dengan kekayaan Terumbu Karangnya
            Saat ini keadaan Terumbu Karang di Indonesia terancam rusak karena faktor alami seperti perubuhan iklim maupun akibat manusia.Untuk memperbaiki Terumbu Karang alam,sebagai tempat tinggal organisme laut,salah satu teknik yang telah di kembangkan di dunia adalah teknik Terumbu buatan (artificial reef) di Indonesia upaya pelestarian dan pemulihan Terumbu Karang melalui pembuatan Terumbu Karang buatan (artificial reef) dari berbagai bahan seperti rangka beton,ban bekas,dan beca bekas.Namun bahan-bahan tersebut sudah tidak lagi di jadikan bahan pembuatan Terumbu buatan karena dalam jangka panjang akan mencemari lingkungan perairan.Salahsatu alternatif bahan untuk Terumbu karang buatan adalah dari bata kapur atau limestoneyang mengandung kalsium karbonat yang tinggi dan mempunyai sifat masif .
            Terumbu buatan sebgai suatu struktur di dasar laut yang bangun untuk menyediakan lingkungan,habitat,sumber makanan,tempat pemijahan dan asuhan,serta perlindungan pantai sebagaimana Terumbu Karang alami.
             Maka dari itu,penulis menyusun karya ilmiah ini dengan judul “Dampak Kerusakan Terumbu Karang terhadap Biota”.
1.2    Rumusan Masalah
Penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Mengapa kerusakan Terumbu Karang berpengaruh terhadap Biota di   dalam laut?
2.      Apa penyebab kerusakan Terumbu Karang?
3.      Bagaimana upaya untuk meminimalisirkan Terumbu Karang yang sudah rusak? 
1.3    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui manfaat Terumbu Karang bagi Biota
2.      Untuk mengetahui berbagain jenis Terumbu Karang
3.      Untuk mengetahui cara mengatasi kerusakan Terumbu Karang
4.      Mengupayakan penanaman kembali Terumbu Karang
1.4  Metode
Penulis menggunakan kajian pustaka dalam penyusunan karya ilmiah ini.
1
                                                                                                                                          2
1.5    Manfaat
1.Menambah wawasan
       2.Untuk mengetahui pentingnya terumbu karang bagi biota
       3.Untuk mengetahui cara mengatasi kerusakan terumbu karang
       4.Untuk mengetahui cara mengupayakan penanaman kembali terumbu karag
       5.Untuk dapat memahami cara penulisan karya tulis dengan baik
1.6 Sistem Matika
1.Menentukan tema
2.Menentukan judul
3.Mencari bahan atau data
4.Memilah milih bahan atau data
5.Mengolah bahan atau data
6.Menyusun kerangka karya ilmiah
7.Mengembangkan kerangka karangan menjadi karya ilmiah yang utuh
BAB II
KERUSAKAN TERUMBU KARANG TERHADAP BIOTA
2.1.   Pengertian Terumbu Karang
2.1.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Terumbu adalah dangkalan di laut (yang tidak terlalu luas) terjadi dari gundakan batuan, seperti gamping atau koral, sering terlihat apabila air surut. (KBBI:1185)
Karang adalah batu kapur di laut yang terjadi dari zat yang di keluarkan oleh binatang kecil jenis Athoza tidak( bertulang punggung) batuan organic sebagai tempat tinggal binatang karang, koral, pulau (gunung atau bebatuan), di laut yang terjadi dari tumpukan karang yang sudah membatu, tumbuhan laut yang menyerupai karang. (KBBI: 506)
2.1.2 Menurut wordpress Tika
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae adalah suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang. Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi zooxanthellae. Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak. Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. (Tika : 2016)
2.1.3  Menurut blogspot Anonim
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis 1     `ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-30C. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.
3
                                                                                                                                  4
Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan
 kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun, hanya sebagian yang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang (Anonim, 2011).
2.1.4 Menurut blogspot Dewi
Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang di atas dibedakan antara binatang karang atau karang  (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem.
Terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat kalsium (CaCO3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCO3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu (reef –building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan fisiologi (Dewi : 2011).
5
2.2    Jenis-Jenis Terumbu Karang
         2.2.1 Mycedium elephantotus
Family             : Pectiniidae
Genus             :   Mycedium
Spesies            :   Mycedium elephantotus
Kedalaman     : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-20 meter.
Ciri-ciri          : Koralit laminar. Koenesteum tidak berbintik. Tentakel hanya terdapat pada malam hari.
Warna            : Umumnya berwarna coklat, hijau, keabu-abuan dan pink.
Kemiripan      : Sepintas karang ini mirip dengan M. robokaki dan M. Umbra.
Distribusi       : Tersebar dari perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat           : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
         2.2.2 Oxypora lacera
Family             : Pectiniidae
Genus              Oxypora 
Spesies            Oxypora lacera
Kedalaman       :Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter
Ciri-ciri            : Koralit tipis berupa keping laminar, pada kondisi lingkungan yang turbulen bisa berubah menjadi tebal. Kosta selalu bergigi.
Warna              : Umumnya berwarna coklat.
Kemiripan       : Sepintas karang ini mirip dengan O. glabra,O. Convoluta dan Echynophyllia.
Distribusi         : Tersebar dari perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat            : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal
         2.2.3 Pectinia paonia
Family             : Pectiniidae
Genus               : Pectinia
Spesies            Pectinia paeonia
Kedalaman      : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-15 meter.
Ciri-ciri            : kolumella berkembang dengan lambat, septa halus dan lembut.
Warna              : Umumnya berwarna bintik coklat, keabu-abuan dan hijau.
Kemiripan       : Sepintas karang ini mirip dengan P. alcicornis. 
6
Distribusi         : Tersebar dari perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.        
Habitat            : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras
         2.2.4 Pectinia lactuca
Family           : Pectiniidae
Genus            : Pectinia
Spesies         :  Pectinia lactuca
Kedalaman    : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri         : koloni submasif. Mereka membentuk dinding–dinding dengan tinggi yang relatif seragam. Kebanyakan dapat dilihat dari koloni di tengah sampai pinggir.
Warna           : Umumnya berwarna keabu-abuan, hijau dan coklat.
Kemiripan    : Sepintas karang ini mirip dengan P. maxima dan P. ayleni.
Distribusi       :  Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat          : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras.
         2.2.5 Galaxea fascicularis
Family          : Oculinidae
Genus           Galaxea
Spesies         Galaxea fascicularis
Kedalaman    : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri         : koloni kecil berbentuk seperti bantal, koloni besar memiliki ukuran 5 m berbentuk kolumnar atau masif, koralit memiliki ukuran yang berbeda-beda. Tentakel biasanya ada pada siang hari.
Warna           : Umumnya berwarna hijau, keabu-abuan, coklat dan putih.
Kemiripan    : Sepintas karang ini mirip dengan G. astreata dan G. cryptoramosa.
Distribusi      : Tersebar dari perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat          : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras.
         2.2.6 Labophyllia hemprichii
Family          : Mussidae
Genus           :  Lobophyllia
Spesies         Lobophyllia hemprichii
7
Kedalaman    : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri         : koloni menyerupai helm dan bisa lebih dari 5 meter, koralit paseloid sampai flabellomeanroid. Septa menempel pada dinding dan kolumella dan memiliki gigi yang tajam. Polip tebal dan seperti daging.
Warna           : Umumnya berwarna kuning dan bintik putih.
Kemiripan    : Sepintas karang ini mirip dengan L. dentatus, L. corymbosa dan L. robusta. 
Distribusi      : Tersebar dari perairan Indonesia, Jepang, Madagaskar, Philipina, Papua New Guinea, Tanzania dan Australia.
Habitat         : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras
         2.2.7 Labophyllia corymbosa
Family            : Mussidae
Genus            Lobophyllia
Spesies           Lobophyllia corymbosa
Kedalaman     : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri          : Koloni berbentuk plat, ukuran koloni bisa mencapai 2 meter, memiliki kalik yang dalam dengan dinding yang halus. Septa yang terletak didekat dinding umumnya tebal. Septa yang didalam kalik tipis, dan septa yang ada didekat dinding tebal.
Warna            : Coklat kehijauan, abu-abu.
Kemiripan      L. dentatus 
Distribusi       : Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Papua New Guinea, Jepang, Solomon, Tanzania dan Madagaskar.
Habitat           : Reef slopes bagian atas.
2.3  Pengaruh Terumbu Karang Terhadap Biota
2.3.1 Sebagai Tempat Tinggal Biota
Ekosistem di dasar laut tropis yang di bangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCo3) khususnya jenis-jenis karng batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup didasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, krustasea, echinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunika.
                                                                                                                                         8
2.3.2 Sebagai Tempat Pemijahan
Habitat pemijahan merupakan lokasi ikan melakukan proses pemijahan atau berkembangbiak yang biasanya dilakuka secara masal atau agresi. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan karang lainnya di terumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah.
       2.3.3 Sebagai Tempat Peneluran
Terumbu karang berperairan relatif hangat dengan arus kuat dan biodiversitas tinggi, tempat ideal bagi berbagai jenis ikan untuk bertelur dan membesarkan anak nya. Ikan suka bertelur di arus yang kuat  agat telur aman dari predator.
2.3.4 Sebagai Tempat Persembunyian
Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi ikan yang hidup di dalamnya. Di dalam terumbu karang hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah. Indonesia memiliki lebih dari 253 jenis ikan hias laut.
2.4 Dampak Kerusakan Terumbu Karang
2.4.1 Menangkap Ikan Dengan Menggunakan Bahan Peledak
Semua makhluk laut di sekitarnya ikut mati sehingga mengakibatkan terganggunya keseimbangan alam bahan peledak tidak hanya mematikan ikan- ikan kecil tetapi bias membuat ikan besar pun ikut mati karena air akan tercemar oleh bahan peledak.
2.4.2 Menangkap Ikan Dengan Menggunakan Bahan Kimia
Menangkap ikan dengan bahan kimia dapat membuat air laut tercemar oleh bahan-bahan kimia yang digunakan utuk menangkap ikan dampaknya tidak hanya ikan besar atau ikan kecil yang mati tetapi seluruh yang ada di dalam laut akan punah seperti : terumu karang, rumput laut, bahkan telur-telur ikan. Bahan kimia sangatlah berbahaya bila terus menerus digunakan untuk menangkap ikan.
2.4.3 Banyaknya Siput Drupella Yang Memakan Terumbu Karang
Berdasarkan hasil analisis PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA). Drupella dapat merusak jaringan karang karena drupella merupakan predator pemakan dan perusak jaringan pada terumbu karang. Drupella memakan atau merusak dari bagian tepi terumbu karang terlebih dahulu. Drupella dan siput merupakan predator yang banyak terdapat di terumbu karang, karena di terumbu karang mereka memperoleh makanan, tetapi bagi terumbu karang drupella dapat merusak habitatnya lama- kelamaan akan punah.
                                                                                                                                                                9
2.5 Upaya Menanggulangi Kerusakan Terumbu Karang
2.5.1 Menanam Kembali Terumbu Karang Yang Rusak
Proses dan teknik budidaya yang harus anda lakukan adalah dengan menggunakan beberapa langkah yang tepat. Salah satu langkah yang paling populer dilakukan oleh banyak petani terumbu karang adalah dengan melakukan teknologi transplantasi terumbu karang. Maksunya adalah terumbu karang ditanam atau dicangkok dengan menggunakan media-media yang akan dijelaskan dibawah ini. Meskipun tumbuhnya membutuhkan waktu yang lama, cara ini lebih efektif untuk membudidayakan terumbu karang. Memilih bibit yang tepat juga harus dilakukan oleh petani terumbu karang. Pilih bibit yang unggul dan memiliki kualitas untuk bisa tumbuh dengan baik.
   Cara menanam terumbu karang menggunakan metode Transplantasi, yaitu:
Pada saat melakukan transplantasi, media untuk terumbu karang yang bisa anda manfaatkan adalah pipa yang memiliki lubang didalamnya. Pemilihan media ini sangat penting agar ikan-ikan masih bisa berenang bebas di sekitar media ini. Jangan lupa untuk mengikat karang kecil dengan menggunakan pipa ini.
Metode lainnya yang bisa anda lakukan untuk membudidayakan terumbu karang adalah dengan menggunakan media semen atau cor yang kemudian harus anda cetak sedemikian rupa. Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah dengan menyiapkan cor-corang sedimen yang bentuknya seperti kerucut. Bentuk kerucut akan bisa mempermudah pertumbuhan dari hewan terumbu karang ini.
2.5.2 Memelihara Terumbu Karang Secara Optimal dan Berkelanjutan
Pengelolaan berkelanjutan merupakan suatu strategi pengelolaan yang memberikan ambang batas pada laju pemanfaatan ekosistem baik ekosistem alamiah maupun ekosistem buatan. Pengelolaan secara berkelanjutan juga merupakan strategi pemanfaatan ekosistem alamiah yang memberikan manfaat untuk manusia sekarang dan mengupayakan tidak terganggunya kesejahteraan manusia dimasa yang akan datang.
Didalam pemanfaatan sumber daya perikanan, perlu dilakukan pemanfaatan yang berkelanjutan, karena dengan adanya pemanfaatan yang berkelanjutan, akan memberikan batas tersendiri dalam pemanfaatan sumber daya ikan yang ada, sehingga dapat menjaga keseimbangan lingkungan perairan untuk menghindari kerusakan yang berdampak pada kehidupan manusia selanjutnya. Dalam melakukan pemanfaatan sumber daya perikanan, hal yang sangat penting dilakukan adalah menjaga kelestarian ekosistem perairan, dimana ekosistem ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang ada didalamnya. Salah satu yang perlu dilakukan adalah menjaga kelestarian terumbu karang.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjaga kelestarian terumbu karang seperti yang telah disebutkan adalah dengan melakukan konservasi terumbu karang yang telah rusak,
10
mempertegas peraturan yang ada, dan memberikan peluang usaha yang baru bagi masyarakat pesisir (membangun daerah ekowisata), sehingga kegiatan pengrusakan terumbu karang dapat teratasi. Akan tetapi, semua kegiatan diatas tidak selalu memberikan dampak positif apabila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan berkelanjutan, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat memberikan manfaat untuk sekarang dan dimasa yang akan datang. Agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Ekosistem alamiah memiliki empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia, yaitu: (1) sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan; (2) sebagai jasa-jasa kenyamanan; (3) sebagai penyedia sumber daya alam; dan (4) sebagai penerima limbah. (Tuwo : 2011 )
Didalam pengelolaan berkelanjutan perlu adanya pengendalian diri masyarakat untuk tidak merusak lingkungan, serta adanya rasa saling berbagi antara kelompok yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi kepada kelompok yang ekonominya lemah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi kebiasaan konsumsi secara berlebihan. Dengan adanya rasa kepedulian bersama diharapkan dapat menjaga dan mengelola sumber daya alam dengan baik. Dengan demikian permasalahan yang sering terjadi di wilayah pesisir dan laut yang berdampak negatif terhadap lingkungan perairan khususnya kelangsungan terumbu karang dapat teratasi. Adanya upaya pengelolaan berkelanjutan diharapkan akan memberikan kesadaran kepada masyarakat pesisir dan laut agar dalam pemanfaatan sumber daya perairan tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku, sehingga dengan terjaganya lingkungan disekitar mereka, akan memberikan nilai tambah dan meningkatkan kondisi ekonomi mereka yang selalu berada dibawah garis kemiskinan.
2.5.3 Memberikan Sanksi Berat Terhadap Nelayan Yang Menangkap Ikan Dengan Bahan Peledak dan Bahan Kimia
Masyarakat nelayan (Pelaku Bom aktif dan non Aktif) serta informasi dari pihak pemerintah Kelurahan Langara Laut, anggota Pokmaswas dan Petugas Satker PSDKP Kendari, bahwa pelaku bom ikan di Perairan Wawonii, bukan saja dari nelayan setempat, tetapi juga berasal dari desa-desa lain, seperti : Desa di Pulau Cempedak dan sekitarnya (Kec. Laonti) Kabupaten Konawe Selatan dan Desa Mekar, Bajo Indah dan Sekitarnya (Kec. Soropia) Kab. Konawe.
Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka masyarakat nelayan di Kelurahan Langara Laut, menyarankan kepada Pemerintah agar bom ikan baik dari dalam maupun dari luar wilayah Wawonii perlu ditindak tegas (diberikan sanksi hukum yang sesuai dengan Undang-Undang Perikanan).
Pelaku destructive fishing yang berada di pesisir Propinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah jerah (kapok) atau takut dengan ancaman hukuman dan bahaya yang menyintai terhadap diri
11
mereka. Sudah banyak kasus tewasnya pelaku karena terkena bom yang belum sempat dibuang atau banyaknya tersangka sudah diadili di pengadilan yang sudah mempunyai keputusan yang tetap.
 2.5.4 Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Di Sekitar Laut
Kerusakan ekosistem perairan laut Indonesia pada umumnya diakibatkan karena pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dengan cara illegal seperti penangkapan ikan di daerah terumbu karang dengan menggunakan bahan beracun dan bahan peledak, penebangan bakau untuk bahan baku kertas,arang dan bangunan serta konversi lahan pesisir yang dibuka untuk pertambakan, pertanian/perkebunan, industridan pemukiman, pencemaran laut akibat tumpahan minyak dan pembuangan zat-zat yang berbahaya dari kapal-kapal, aktifitas wisata, reklamasi pantai dan penambangan pasir laut, penambangan karang untuk bahan bangunan atau kapur dan pengambilan karang hidup untuk tujuan komersial (perdagangan), belum lagi pembuangan sampah di laut.
Inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama dari pemerintah, karena penyebab utama kerusakan perairan laut Indonesia adalah aktifitas masyarakat, baik itu masyarakat yang hidupannya bersentuhan langsung dengan laut maupun tidak. Pemerintah seharusnya lebih menggiatkan sosialisasi tentang pentingnya menjaga ekosistem perairan laut. Selain itu, pemerintah juga harus lebih meningkatkan pengawasan di daerah perairan dan Pulau-Pulau yang ada di Indonesia. Adanya aktifitas masyarakat yang merusak ekosistem perairan laut bisa terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan lemahnya pengawasan. Selain itu, mudahnya pembangunan pabrik atau industri di daerah pesisir yang tidak memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan pabrik atau industri tersebut. Banyak pabrik atau industri yang membuang limbahnya ke laut.
Solusi untuk pelestarian ekosistem perairan laut Indonesia, seharusnya bukanlah tentang bagaimana memperbaiki ekosistemnya, melainkan bagaimana membangun kesadaran masyarakat dan peningkatan pengawasan. Ibarat penyakit, “lebih baik mencegah dari pada mengobati”. (Raka:2014)
Dalam upaya menjaga kelestarian laut, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan baik oleh masyarakat atau pemerintah. Upaya tersebut antara lain:
1.   Menjaga kebersihan laut atau tidak membuang sampah sembarangan di laut.
2.   Melakukan daur ulang sampah industri sebelum dibuang ke laut atau sungai.
3.   Melarang penggunaan pukat harimau.
4.   Melarang penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
5.   Melindungi terumbu karang sebagai tempat perkembangbiakan ikan.
                                                                                                                                                       12
6,Menanam hutan bakau di pesisir pantai untuk mencegah abrasi pantai. Hutan bakau atau mangrove juga digunakan untuk berkembang biak berbagai jenis biota laut.
7  .Memberi sanksi yang berat terhadap orang-orang yang menangkap satwa laut yang dilindungi.
2.5.5 Memburu Dengan Tujuan Untuk Mengurangi Siput Drupella
Hingga saat ini belum ada solusi yang paling efektif dalam mengendalikan populasi gastropoda koralivora, seperti Drupella sp. salah satunya. Bahkan di Great Barrier Reef, Australia, dimana konservasi dan pengelolaan terumbu karang terluas dan terbaik di dunia saat ini; belum memiliki solusi tepat dalam mengatasi kemunculan Drupella.
Jenis karang yang disukai Drupella umumnya karang bercabang dan foliosa, berpolip kecil dan menjulur. Namun, ini tidak menutup kemungkinan mereka untuk memangsa jaring karang masif, seperti yang terjadi di kepualuan Hongkong; meskipun karang bercabang hampir habis dan kualitas air menurun akibat perikanan merusak dan polusi.
Struktur mulut dan gigi (radula) siput laut Drupella mampu menembus pertahanan sel penyengat (nematosit) dari karang. Saat memangsa jaringan karang, otot mulut mereka mampu menjulur untuk mengambil jaringan polip hidup karang. Tubuh mereka juga terlapisi semacam lendir sehingga sel penyengat karang tidak bisa menembus ke jaringan halus Drupella. Dimulut mereka juga terdapat gigi halus berbuku-buku (radula) yang diduga juga mendukung ketahanan mereka melawan sel penyengat karang. (Wawan:2009)
BAB 3
PENuTUP
3.1         kesimpulan
1.                 Terumbu karang merupakan organisme terpenting dalam mendukung keberlangsungan hidup biota yang ada di laut dan juga merupakan pelindung daerah pantai serta sebagai mata pencaharian bagi masyarakat sekitarnya,sehingga keberadaan dari ekosistem ini harus di lestarikan,karena merupakan kunci keseimbangan perairan laut.
2.                 Terumbu karang juga merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia.Terumbu karang mempunyai manfaat dan keuntungan bagi manusia dan hewan .Bagi manusia antara lain sebagai tempat untuk mendirikan pusat-pusat penyelaman,snorkeling,memancing,restoran,penginapan sehingga pendapatan mereka bertambah.Sedangkan bagi hewan ,sebagai tempat tinggal,berkembang biak,dan mencari makan ribuan jenis ikan,hewan,tumbuhan dan makanan laut lainnya yang mengandung protein tinggi,yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan dan menjadi tumpuan kita.
3.                 Berbagai macam faktor yang menghalang perkembangan terumbu karang di laut.Manusia merupakan salah satu penyebab menghilang nya terumbu karang,serangan berupa peledakan di laut menyebabkan kematian pada terumbu karang dan ikan-ikan yang masih kecil yang di pelihara.Karena itu,perlu adanya pengetahuan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya terumbu karang bagi manusia.
13
                                                                                                                                
                                                                                                                                         14
3.2  Saran
1.                 Dengan adanya kenyataan di atas ,maka terumbu karang harus selalu kita jaga dengan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat di manapun tentang penting nya ekosistem tersebut.
2.                 Mengingat dan menyadari begitu banyak cara untuk mengelola terumbu karang berbasis masyarakat,maka penulis menyarankan sebagai berikut:
a)  Agar pemanfaatan Sumber Daya Alam terutama terumbu karang dapat dimanfaatkan secara efektif.
b) Agar pemanfaatan terumbu karang dilakukan secara bijaksana untuk kepentingan masyarakat umum
3.                 Peran perintah sangat dibutuhkan masyarakat,dalam membantu masyarakat menyelesaikan persoalan terumbu karang,dan sebaiknya pemerintah berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatberupa,penyuluhan akan pentingnya terumbu karang di daerah pesisir
        
        
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2002. KBBI Edisi Ke-3. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Anonim. 2011. Tentang Terumbu Karang. http://www.goblue.or.id (diakses 17 Februari 2016 jam 22.05)
Anonim. 2013.Jenis-Jenis Terumbu Karang.(tkarang.blogspot.co.id) diakses pada 13 Maret 2016 pukul 13.03
                
Anonim. 2011. Terumbu karang. (beritaalam.wordpress.com) diakses pada 13 Maret 2016 pukul 13.10
Asykur,AbdulGhoni.2012.Penyebab Kerusakan Terumbu Karang. (abdulghoniasykur.blogspot.co.id) diakses pada 13 Maret 2016 pukul 13.00
Dewi. 2011. Ekosistem Terumbu Karang. http://www.damandiri.or.id (diakses 17 Februari 2016 jam 20.25)
Raka. 2014. Membangun Kesadaran Melestarikan Lingkungan. http://lautindonesia.com/membangun-kesadaran-melestarikan-lingkungan/(diakses 13 Maret 2016 jam 06.51)
Tika. 2016. Apa Itu Terumbu Karang. https://kvp2131tika.wordpress.com/coral/apa-itu-terumbu-karang/ (diakses 12 Februari 2016 jam 22.25)
Wawan. 2009. Ancaman Predasi Drupella bagi karang. http://lautkita.blogspot.co.id/2009/06/ancaman-predasi-drupella-bagi-karang.html. (diakses 13 Maret 2016 jam 07.30)
Magal,Benyamin.2013.Hal Tentang Terumbu Karang.(amorsemarang.blogspot.co.id) diakses pada 13 Maret 20016 pukul 12.50
Benkreng,Imam.2013.Terumbu Karang.(bengkrenx.blogspot.co.id) diakses pada
         13 Maret 2016 pukul 12.55
Asykur,AbdulGhoni.2012.Penyebab Kerusakan Terumbu Karang. (abdulghoniasykur.blogspot.co.id) diakses pada 13 Maret 2016 pukul 13.00
15